Rabu, 19 Maret 2014

Sejarah Munculnya Pariwisata di Indonesia


Munculnya pariwisata di Indonesia , diketahui sudah sejak lama. Seperti perjalanan kerajaan-kerajaan atau utusannya ke berbagai belahan di nusantara. Menurut Yoeti (1996:2), berdasarkan kurun waktu perkembangan, sejarah pariwisata indonosia bisa dibagi tiga, yaitu :

1) Masa Penjajahan Belanda
Kegiatan kepariwisataan dimulai dengan penjelajahan yang dilakukan pejabat pemerintah, missionaris atau orang swasta yang akan membuka usaha perkebunan di daerah pedalaman. Para pejabat Belanda yang dikenai kewajiban untuk menulis laporan pada setiap akhir perjalannannya. Pada laporan itu terdapat keterangan mengenai peninggalan purbakala, keindahan alam, seni budaya masyarakat nusantara. Pada awal abad ke-12, daerah Hindia Belanda mulai berkembang menjadi suatu daerah yang mempunyai daya tarik luar biasa bagi para pengadu nasib dari negara Belanda. Mereka membuka lahan perkebunan dengan skala kecil. Perjalanan dari satu daerah ke daerah lain , dari nusantara ke negara Eropa menjadi hal yang lumrah, sehingga dibangunlah sarana dan prasarana penunjang kegiatan tersebut.
Kegiatan Kepariwisataan masa penjajahan Belanda dimuali secara resmi sejak tahun 1910-1912 setelah keluarnya keputusan Gurbenur Jendral atas pembentukan Vereeneging Toeristen Verkeer ( VTV ) yang merupakan suatu biro wisata pada masa itu. Saat itu kantuntor tersebut juga digunakan sebagai maskapai swasta belanda KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtfahrt Maatschapijj) yang memegang monopoli kawasan Hindia Belanda saat itu.
Meningkatnya perdangan antar benua eropa , Asia dan Indonesia pada khususnya, meningkatnya lalu lintas manusia yang meakukan perjalanan untuk berbagai kepentingan masing-masing. Untuk memberikan pelayanan kepada mereka yang melakukan perjalanan ini, maka didirikannya pertama kali suatu cabang Travel Agent di Jalan Majapahit No,2 Jakarta pada tahun 1926 yang bernama Lissone Lindemend(LISIND) yang berpusat di Belanda. Sekarang tempat tersebut digunakan oleh PT.NITOUR.
Tahun 1928 Lislind berganti menjadi NITOUR(Nederlandche Indische Touristen Bureau) yang merupakan dari KNILM. Saat ini, kegiatan pariwisata lebih banyak disominasi kaum kulit putih saja, sedangkan untuk bangsa pribumi bisa dikatakan tidak ada. Perusahaan perjalanan wisata saat itu tidak berkembang karena NITOUR dan KNILM memegang monopoli.
Pertumbuhan Hotel di Indonesia sesungguhnya mulai dikenal sejak abad ke-19, meskipun terbatas pada beberapa hotel seperti Batavia;Hotel Des Indes;Hotel der nederland, Hotel Royal, dan Hotel Rijswijk. Di Surabaya berdiri pula Hotel Sarkies, Hotel Oranye, di Semarang didirikan Hotel Du Pavillion kemudian di medan berdiri Hotek de Boer, da Hotel Astoria, di Makassar Hotel Grand dan Hotel Staat. Fungsi Hotel Pada masa-masa itu banyak digunakan untuk penumpang kapal laut dari Eropa menngingat belum adanya kendaraan bermotor untuk membawa tamu-tamu tersebut dari pelabuhan ke hotek dan sebaliknya, maka yang digunakan kereta kuda serupa cikar.
Memasuki abad ke-20, barulah perkembangan akomodasi hotel ke kota lainnya. Seperti Grand Hotel Yogyakarta, Hotel salak di Bogor dan lain-lain.

2) Masa Pendudukan Jepang
Pada Perang Dunia ke II, yang disusul dengan pendudukan Jepang ke Indonesia keadaan pariwisata di Indonesia sangat terlantar. Semuanya porak poranda, kesempatan dan keadaa yang tidak menenu ekonomi yang sangat sulit, kelangkaan pangan, papan dan sandang tidak memungkinkan orang untuk berwisata. Kunjungan mancanegara pada masa itu bisa dibilang tidak ada.

3) Setelah Indonesia Merdeka
Setelah Indonesia merdeka, perkembangan pariwisata di Indonesia mulai merangkak. Pada tanggal 1 Juli 1947 dibetuklah organisasi perhotelan pertama di Indonesia yang disebut Badan Pusat Hotel.
Sektor pariwisata mulai berkembang dengan geliatnya. Hal ini ditandai dengan Surat Keputusan Wakil Presiden (Dr. Mohamad Hatta)csebagai Ketua Panitia Pemikir siasat Ekonomi di Yogyakarta untuk mendirikan suatu badan yang mengelola hotel-hotel yang sebelumnya dikuasai pemerintah pendudukan, badan tersebut bernama HONET(Hotel National & Tourism ) dan diketahui oleh R Tjipto Ruslan. Badan tersebut segera mengambil alih hotel-hotel di daerah Yigyakarta, Surakarta, Madiun, cirebon, Pekalongan, Sukabumi, Malang, Sarangan, dan semua itu diberi nama Hotel Merdeka.
Tahun 1949 terjadinya KMB(Konferensi Meja Bundar) mengakibatkan HONET dibubarkan. Karena isi salah satu perjanjian KMB adalah bahwa seluruh harta kekayaan milik Belanda harus dikembalikan ke pemiliknya. Sehingga selanjutnya berdiri badan hukum yang dinamakan NV HONET yang merupakan badan satu-satunya yang beraktivitas di bidang perhotelan dan pariwisata,
Tahun 1952 dengan keputusan Presiden RI, dibentuk panitia Inter Departemental Urusan Turisme yang diketuai oleh Nazir St, Pamuncak dengan sekretaris RAM Sastrodanukusumo. Salah satu tugas panitia tersebut adalah menjaga kemungkinan terbukanya kembali indonesia sebagai DTW(Daerah Tujuan Wisata).
Tahun 1953 , beberapa tokoh perhotelan mendirikan Serikat Gabungan Hotel dan Tourisme Indonesia (SERGAHTI) diketuai oleh A Tambayong. Keanggotaan SERGAHTI pada saat itu mencangkup seluruh hotel di Indonesia.
Tahun 1955, selan SERGAHTI, beberapa pejabat negara yang jabatannya ada kaitannya dengan dunia pariwisata serta beberapa anggota elite masyarakat yang peduli terhasap potensi pariwisata Indonesia mendirikan Yayasan Tourisme Indonesia atau YTI yang nantinya disebut DEPARI(Dewan Pariwisata Indonesia) yang menjadi cikal bakal Departemen Pariwisata dan Budaya Indonesia.

1 komentar: